Etika merupakan istilah filsafat yang berasal dari
Bahasa Yunani, yaitu: ethos yang artinya karakter atau kebiasaan. Istilah tersebut
berkaitan dengan kepemimpinan yang efektif dalam organisasi, yang dalam hal ini
berhubungan dengan kode organisasi yang berisi integritas moral dan nilai-nilai
yang konsisten dalam pelayanan kepada asyarakat (Sims,1992). Kode etik (codes of ethics) dapat disebut juga codes
of conduct, kode praktik (codes of practice), kredo perusahaan (corporate
credos), pernyataan misi mission statements) atau pernyataan nilai (value statements) (Berenbeim, Clarkson & Deck, Driscoll et al., Ethics
Resource Center, L’Etang, Murphy, &Stevens, sebagaimana dikutip dalam Schwartz,
2004).
Beberapa definisi kode etik, yaitu:
1. Kode etik merupakan dokumen formal, tertulis dan
jelas yang berisi standar moral yang digunakan untuk memandu pegawai atau
perilaku perusahaan (Schwartz, 2004). Definisi tersebut meliputi tiga komponen,
yaitu: pertama, standar moral yang diterapkan, yang dapat disebut juga sistem
nilai, pedoman, prinsip etika, norma dan kepercayaan atau aturan dasar. Standar
moral menyediakan pedoman bagi pegawai untuk memahami perilaku yang diterima secara
moral atau tidak layak. Kedua, apa atau kepada siapa standar moral diterapkan
adalah perilaku karyawan pada umumnya, termasuk perilaku organisasi. Ketiga,
bahwa dokumen tersebut tertulis, jelas (yaitu: berdiri sendiri (stand-alone))
dan formal (yaitu: eksplisit).
2. Kode etik merupakan kumpulan tertulis tentang
peraturan, prinsip, nilai dan harapan pegawai, perilaku serta hubungan yang
menjadi faktor fundamental untuk kesuksesan operasinya. Kode etik juga sebagai
alat komunikasi yang memberi informasi kepada pemangku kepentingan internal dan
eksternal tentang hal yang penting di organisasi tertentu, pegawainya dan
manajemen (Heathfield, n.d).
3. Menurut London
Based Institute of Business Ethics (sebagaimana
dikutip dalam Myers, 2003), kode etik meliputi kata pengantar, ditandatangani
oleh pimpinan, menjelaskan nilai-nilai yang penting bagi manajemen puncak dalam
menjalankan bisnis. Kode etik sebaiknya mencakup area kunci, yaitu:
a. tujuan bisnis dan nilainya;
b. hubungan pegawai, termasuk kondisi pekerjaan,
perekrutan, pelatihan, kebijakan diskriminasi dan penggunaan asset perusahaan
oleh pegawai;
c. pedoman hubungan pelanggan;
d. pentingnya melindungi investasi yang dibuat oleh
pemegang saham atau investor lain;
e. hubungan dengan pemasok;
f. bagaimana perusahaan berhubungan dengan masyarakat serta
komunitas bisnis yang lebih luas;
g. Bagaimana perusahaan akan mengimplementasikan kode
etik.
4. KPMG (2008) mengemukakan bahwa isi kode etik ada
dua, yaitu: pertama, alasan mengadopsi kode etik yang meliputi untuk mematuhi ketentuan
legal, untuk menciptakan pembagian budaya, dan untuk melindungi atau
meningkatkan reputasi perusahaan; kedua, nilai inti kode etik yang mencakup
integritas, kerja sama tim, respek, inovasi dan fokus pada pelanggan.
5. Kode etik adalah pernyataan aturan untuk memandu
tindakan sekarang dan masa depan (Weller, 1988). Kode etik mencakup berbagai
perilaku etis yang berkaitan dengan pesaing, masyarakat umum, pelanggan, teman
kerja dan pimpinan dalam organisasi, bahkan mencakup aktivitas di negara lain.
Moghimi (sebagaimana dikutip dalam Nakhaie, Shariat
& Kavouisi, 2011) menyatakan bahwa perilaku etis adalah tindakan yang
dilakukan berdasarkan pada alasan dan memiliki aspek manusia. Perilaku etis
juga dapat didefinisikan sebagai bertindak dengan cara yang konsisten sesuai
pandangan individu dan masyarakat tentang nilai-nilai yang baik. Perilaku etis
berdampak positif bagi bisnis dan menunjukkan perhatian pada prinsip moral yang
utama, termasuk kejujuran, keadilan, kesetaraan, martabat, keragaman dan
hak-hak individu (www.businessdictionary.com). Manajer dapat mengelola etika
dengan berperilaku etis, memberikan pelatihan etika, membuat badan etika dan memperkuat
perilaku etis. Perilaku tidak etis tidak akan mempengaruhi kinerja perusahaan
dalam jangka pendek, tetapi akan mempengaruhi kinerja perusahaan dalam jangka
panjang. Banyak kasus menunjukkan bahwa perilaku pegawai yang tidak etis akan
melemahkan kinerja perusahaan sehingga muncul pengakuan dikalangan pemimpin
bisnis bahwa etika yang baik adalah bisnis yang baik (Chunhua & Yihan, n.d.).
No comments:
Post a Comment